Pemerintah menetapkan industri makanan dan minum (mamin) menjadi salah satu sektor manufaktur nasional yang telah siap menjadi percontohan terhadap penerapan teknologi Industry 4.0 di Tanah Air.
Kinerja positif yang terus ditunjukkan oleh industri mamin nasional belakangan ini membuka peluang untuk semakin berdaya saing dalam berkompetisi di pasar global.
“Potensi industri mamin di Indonesia bisa menjadi champion, karena supply dan user-nya banyak. Untuk itu, kuncinya di industri mamin adalah food innovation and security,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Seminar Nasional yang mengangkat tema Strategi dan Inovasi Sektor Pangan: Menjawab Tantangan Era Industri 4.0 di Jakarta, Rabu (21/3).
Kemenperin mencatat, nilai ekspor produk mamin nasional pada tahun 2017 mengalami peningkatan di tengah persaingan global, dengan capaian sebesar USD 11,5 miliar, naik dibanding tahun 2016 yang berada di angka USD 10,43 miliar.
Sementara itu, laju pertumbuhan industri mamin pada tahun 2017 mencapai 9,23 persen, jauh diatas pertumbuhan PDB nasional sebesar 5,07 persen.
Peran industri mamin terhadap PDB sebesar 6,14 persen dan terhadap PDB industri nonmigas mencapai 34,3 persen, memberikan kontribusi tertinggi dibandingkan sektor lainnya pada tahun 2017.
Untuk investasi, PMDN di industri mamin mencapai Rp 38,5 triliun, sedangkan PMA USD 1,97 miliar. Sektor industri mamin juga mampu menyerap banyak tenaga kerja, yakni lebih dari 3,3 juta orang.
Menurut Airlangga, Pemerintah tengah memfokuskan lima sektor industri nasional yang bakal menjadi unggulan untuk memperkuat fundamental struktur manufaktur Tanah Air dalam mengimplementasikan sistem revolusi industri keempat.
“Ada lima sektor yang kami siapkan, yaitu indutri mamin, tekstil dan pakaian jadi, otomotif, elektronik, dan kimia,” sebutnya.
Kelima sektor tersebut didorong untuk menguasai teknologi yang menjadi ciri khas era Industry 4.0, antara lain artificial intelligence, internet of things, big data, robotics dan 3D printing.
“Dengan mereka menerapkan teknologi terkini, industri mamin atau sektor lainnya, mampu menjadi pengungkit dalam memacu pertumbuhan industri manufaktur nasional, termasuk menciptakan lapangan kerja,” ungkapnya.
Airlangga meyakini, revolusi industri keempat menjadi lompatan besar bagi sektor industri nasional, di mana teknologi informasi dan komunikasi akan dimanfaatkan sepenuhnya.
“Tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga di seluruh rantai nilai industri sehingga melahirkan model bisnis baru dengan basis digital guna mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk lebih baik,” paparnya.
Ketua Umum Gabungan Pengusahan Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman memberikan apresiasi terhadap Kemenperin atas segala upayanya dalam menghadapi era revolusi industri keempat.
“Untuk itu, kami juga menyiapkan beberapa langkah strategisnya, termasuk dalam menciptakan inovasi produk di industri mamin,” ujarnya.
Adhi menambahkan, dalam memudahkan implementasi Industry 4.0, diperlukan koordinasi yang kuat antara pemerintah dengan pelaku industri. Hal ini agar cita-cita mewujudkan pertumbuhan dan peningkatan daya saing sektor manufaktur dan perekonomian nasional dapat tercapai.
“Salah satu contoh kolaborasi yang telah dihasilkan, yaitu terbitnya PP 9/2018 yang menjadi harapan bagi industri dan Indonesia,” terangnya.
Sumber: www.kemenperin.go.id
Editor: Hendri Kurniawan