Kadang aku tak kenal lajur hidup, aturan dan musim yang ia janjikan. Ia seperti gendang bertalu diujung sawah menghijau.
Meski gendi bercangkir terkadang air didalam tak menyentuh cangkirnya.
Layaknya cerita hari ini. Berjuta ton emas diperut bumi papua diujung bagian timur tubuh pertiwi tak mampir sedikitpun di bagian molek halus khatulistiwa.
Ia bah pelacur dengan seribu germo bertahan hidup tanpa terbayang sejahterah. Berkorban tanpa kenal waktu, dibayar dengan lehemdak angkara durjana yang serakah.
Cukup jangan biarkan lagi tubuh pertiiwi tercabik, terkoyak dan berkorban demi anak-anaknya, dijalan yang salah.
Dikuliti para vampir penghisap kekayaan pertiwi. Mungkinkah..anak-anaknya yang diwariskan berdiam tanpa guggat dikala semua harta warisnya di garong si angkuh.
Peluk erat ibu pertiwi, jangan biarkan lagi mereka merayu keluguannya, untuk melucuti kekayaannya. Karena harta miliknya adalah sah milik anak-anaknya… Indonesia.
Rebut tambang yang menusuk2 pertiwi berpuluh tahun. Rampas untuk bahagia khatulistiwa. Freeport itu warisan pertiwi, bukan milik kolonial yang licik.
#akupadamu Indonesia, akupadamu ibu Pertiwi, akupadamu khatulistiwa.
#lawanfreeport
*Edwar Antoni, SH
Ketua DPP Jaman