Jamaninfo.com– Jakarta (23/10) Ketua Umum Jaringan Kemandirian Nasional (JAMAN) A. Iwan Dwi Lakosono kecewa terhadap beberapa nama tokoh dan profesional yang dipanggil Presiden Joko Widodo. Mereka yang datang disinyalir kuat bakal masuk jajaran menteri di kabinet kerja Jokowi jilid II. Beberapa orang yang jelas prestasinya dan berkeringat serta berdarah-2 belum diundang ke Istana, sedangkan Prabowo yang jelas-jelas musuh rivalnya diundang. Sebagai relawan pemenangan Jokowi sejak Pilgub DKI 2012 hingga Pilpes 2019 kami sangat kecewa. Susunan Kabinet Jokowi Mengecewakan Relawan.
“Sering sekali Bapak Jokowi bilang di rapat dengan relawan, periode selanjutnya tanpa beban memilih orang di kabinet. sudah saatnya mencari pembantu yang fokus kerja nyata , bukan cari muka. Tapi kami melihat orang-orang yang datang selama dua hari ini justru punya tendensi agenda Pilpres 2024. Tentu ini menyulitkan bapak sendiri dalam bergerak. Sulit mewujutkan Indonesia maju yang ada justru Indonesia mundur.” Kata Iwan.
menurut Iwan, selain harus ahli dibidangnya, hanya dua kriteria orang berhak masuk kabinet yaitu, bagi menteri pertahana (incumbent) adalah orang yang punya prestasi yang jelas dan yang kedua sebagai pendatang baru ya harus orang yang benar-benar berkeringat memenangkan Jokowi di Pilpres demi visi bersama ‘Indonesia Maju’.
Menteri petahana yang jelas-jelas prestasinya seperti Susi Pujiatusi dan Ignasius Jonan justru akan disingkarkan. Jelas-jelas mereka pamit.
Ia menjelaskan bahwa capaian Bu Susi untuk Perikanan dan kedaulatan Maritim Indonesia luar biasa. Sama halnya capaian positif Jonan terkait kemandirian Energi dalam negeri seperti kebijakan BBM satu harga, amendemen kontrak seluruh pemegang Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), kepastian pengelolaan blok-blok raksasa seperti Blok Masela, Blok Mahakam dan Rokan. rasio elektrifikasi yang terus meningkat dan telah mencapai 98,81% atau telah meningkat 14,5% dalam 5 tahun terakhir.
Seharusnya dalam menyusun kabinet jilid II ini Pak Jokowi bisa lebih leluasa dan tanpa beban. Tetapi dari pengamatan kami sepertinya beliau justru lebih tersandera karena banyak tekanan. adanya tekanan dari konsep proporsionalitas bagai-bagi kue yang adil diinternal partai koalisi, landasannya bisa dari kuantitas perolehan suara partai. Tekanan lain yakni kekuatan opisisi yang coba yang kini merangsek kekuasaan.
Seharusnya Presiden fokus mencari pembantu yang dapat mewujudkan Visi Misinya. Yang tentu sangat berbeda dengan rivalnya. Pertarungan sangat keras, kami menyebut seperti minyak dan air tidak akan bisa bersatu. Kami khawatir ini justru menjadi duri dalam daging di kabinet kerja jilid II. tutup Iwan.