Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution meyakini bahwa penerapan Biodiesel 20 (B20) akan mengakhiri defisit transaksi berjalan yang terjadi saat ini.
Selain itu, kata Darmin, hal itu juga akan berdampak pada penghematan devisa nasional, terutama migas yang dalam kurun waktu enam bulan terakhir mengalami defisit hingga USD 5,4 miliar. Padahal, komoditas non migas mengalami surplus USD 4,4 miliar.
“Tentu tidak dalam seminggu langsung defisitnya hilang, karena perlu juga masa persiapan, masa transisi,” ujarnya usai mengikuti Rapat Terbatas untuk konsisten menerapkan penggunaan B20 di Kantor Presiden, Jakarta, tiga hari yang lalu.
Menurut Darmin, saat ini pelaksanaan Biodisel 20 terutama diperuntukkan bagi angkutan umum. Sementara untuk kendaraan mewah menggunakan Pertamina Dex. “Untuk angkutan umum itu penggunaan biodisel PSO (public service obligation) sebesar kira-kira 15 juta kiloliter setahun,” tandasnya.
Darmin menambahkan bahwa penerapan Biodisel 20 juga akan membuat harga CPO (minyak kelapa sawit) akan membaik. “Masih ada sisanya non-PSO dan itu banyak macamnya, bisa kereta api, bisa pembangkit tenaga listrik, bisa kapal laut, bisa alat-alat berat untuk pertambangan. Totalnya menurut data Kementerian ESDM, kira-kira 16,2 juta kiloliter. Ini yang akan dilaksanakan sekarang,” imbuhnya.
Darmin mengemukakan, dampak tersebut pernah dirasakan pada waktu B20 pertama kali dilaksanakan pada 2016, dalam hitungan 1-2 jam saja begitu diputuskan hari ini dilaksanakan harga bergerak naik.
“Ini juga diharapkan akan memperbaiki penghasilan para petani kelapa sawit,” terangnya.
Ia juga menyampaikan bahwa dalam jangka panjang, teknologi untuk penggunaan biodisel akan muncul. Bahkan di negara-negara tertentu sudah ada investasi dengan teknologi yang ada untuk B100.
“Kita juga mau menuju ke sana. Tentu tidak buru-buru sekali, karena pasti dunia usaha kita dengan BUMN, pasti punya kemampuan untuk secara bertahap. Nanti bisa saja dicampurnya B30, B40, sampai ujungnya bisa B100,” ungkap Darmin.
Dengan begitu, akan menciptakan permintaan sendiri untuk CPO yang akan sangat besar, sehingga mengurangi ketergantungan Indonesia kepada pasar Eropa.
Mengenai besaran dampak jika implementasi ini sepenuhnya dilaksanakan, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengaku sudah menghitung.
“Setelah kita crosscheck beberapa data, sekitar 5,5 miliar dolar setahun. Kalau Pak Menteri Perindustrian bilang per hari kerja kita menghemat 21 juta dolar AS, per hari kerja,” sambung Darmin.
Ia berharap berapa pada bulan pertama, nantilah sudah bisa dijelaskan. “Kita berharap tidak lama, dalam 2-3 bulan, kita sudah akan bisa melaksanakannya secara penuh,” pungkas Darmin.
Sumber: http://setkab.go.id
Editor: Eko “Gajah”