Pemerintah terus berupaya untuk mendorong reorientasi industri otomotif dalam negeri. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi industri otomotif untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pasar ekspor.
Kementerian Perindustrian meyakini bahwa upaya untuk menggenjot produksi nasional yang menembus pasar ekspor tersebut dapat memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Peningkatan dan perkembangan dari industri otomotif di Indonesia akan memberikan pengaruh besar bagi kegiatan sektor ekonomi lainnya,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat acara Seremoni Ekspor Perdana Mobil Mitsubishi Xpander di PT Indonesia Kendaraan Terminal, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (25/4).
Airlangga menyebutkan, beberapa capaian positif dari kinerja industri otomotif di Tanah Air, antara lain total ekspor kendaraan dalam keadaan utuh (completely build up/CBU) pada tahun 2017 sebesar 231 ribu unit atau mengalami peningkatan 20 persen dibanding tahun sebelumnya.
“Dan, yang paling membanggakan adalah ekspor dalam bentuk komponen mengalami peningkatan yang sangat signifikan dengan mencapai 1200 persen dari tahun 2016 ke 2017, sehingga jumlahnya menjadi 81 juta pieces komponen,” paparnya.
Adapun negara-negara tujuan ekspor, yakni meliputi hampir seluruh anggota ASEAN, kemudian di Timur Tengah seperti Bahrain, Yordania, Arab Saudi, Oman, Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab; serta di Asia Selatan di antaranya Bangladesh dan India. Selanjutnya, Maroko, Afrika Selatan, serta negara di Amerika Latin antara lain Ekuador, Meksiko, Peru, dan Bolivia.
Untuk itu, Airlangga mengapresiasi para pelaku industri otomotif yang telah melakukan ekspor seperti PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia (MMKI).
“Mitsubishi melakukan ekspor perdana untuk mobil Xpander, kendaraan jenis Multi Purpose Vehicle (MPV) dengan gaya Sport Utility Vehicles (SUV),” ungkapnya.
Pada tahap awal ini, MMKI mengapalkan sebanyak 400 unit Xpander setir kiri untuk pasar Filipina, dari total pesanan di negara tersebut yang mencapai 21.000 unit sepanjang tahun 2018. MMKI menargetkan, akan menembus angka 30.000 unit untuk ekspor Xpander ke sejumlah negara, termasuk Filipina, pada tahun ini.
Tujuan negara ekspor lainnya, yaitu Thailand sebanyak 6.000 unit, Vietnam 1.000 unit, negara-negara di Timur Tengah mencapai 500 unit, ke kawasan Asia Selatan, Afrika dan Amerika Selatan sekitar 1000 unit, serta 500 unit untuk negara Asean lainnya.
MMKI juga telah berkontribusi terhadap pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, dengan total investasi sebesar Rp 7,1 triliun, kapasitas produksi hingga 160 ribu unit per tahun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 3.000 orang. Bahkan, MMKI ditargetkan akan menjadi pabrik Mitsubishi terbesar di ASEAN yang berbasis ekspor.
“Walaupun sudah menggunakan robotik canggih, tenaga kerja tetap diperlukan. Saya dengar Mitsubishi menargetkan sebanyak 4.000 tenaga kerja dari saat ini yang baru 3.000 tenaga kerja,” tutur Airlangga.
CEO Mitsubishi Motors Corporation, Osamu Masuko, menjelaskan bahwa saat ini produksi Xpander mencapai 8.000 unit, hal itu karena sudah ditingkatkan dari target awal 5.000 unit.
Ia menyebutkan, untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor, produksi akan ditingkatkan menjadi 10.000 unit pada Juli mendatang.
“Dari peningkatan produksi tersebut, kami berencana menambah lagi 400 jumlah karyawan,” ujarnya. Masuko pun merasa senang dengan melihat perusahaan yang dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Ekspor Xpander merupakan tonggak penting dalam rencana bisnis kami yang sedang berlangsung,” terangnya.
Masuko menambahkan, tahun lalu MMKI diresmikan, dan kini sudah mulai mengekspor kendaraan yang diproduksi di pabrik Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
“Jadi, setelah pembukaan pabrik di Bekasi, saya bangga mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya perusahaan kami akan mengekspor dalam skala besar dari Indonesia,” tandasnya.
Sumber: www.kemenperin.go.id
Editor: Hendri Kurniawan