Presiden Joko Widodo mendorong tumbuhnya industri perawatan dan perbaikan pesawat atau maintenance, repair and overhaul (MRO) di Indonesia. Hal ini lantaran masih banyak potensi pengembangan industri ini yang diintegrasikan dengan beberapa bandar udara dalam negeri.
“Industri perawatan pesawat sangat penting. Harusnya Indonesia punya daya saing tinggi dan ini menjadi peluang besar. Kalau ada airlines dari luar negeri, bisa dirawat oleh pekerja kita,” kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (31/1).
Menurut Jokowi, industri ini cukup menjanjikan seiring meningkatnya sektor pariwisata dan perekonomian di Tanah Air. Selain itu, adanya industri perawatan pesawat bisa menurunkan biaya dari industri penerbangan, salah satunya biaya impor komponen pesawat.
Ia juga meyakini bahwa Indonesia mampu berkompetisi dengan negara lain dalam memberikan jaminan perawatan pesawat, seperti Singapura.
“Pemerintah Singapura telah memberikan jaminan repair bahwa semua komponen bisa bebas bea cukai dan impor ekspor tidak lebih dari lima jam. Kita bisa? Bisa, kalau mau, niat!,” tegasnya.
Menanggapi hal itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa di Bintan saat ini tengah dikembangkan Airport and Aerospace Industry Park di atas lahan seluas 4000 hektare.
Kawasan aviasi terpadu tersebut akan menjadi yang terlengkap di Indonesia dengan beberapa fasilitas penunjang seperti bandara, sarana perbaikan pesawat, pelatihan pegawai penerbangan, serta area kawasan bisnis dan residensial.
Di samping itu, Kementerian Perindustrian dan Indonesia Aircraft Maintenance Service Association (IAMSA) sepakat bersinergi untuk pembangunan unit pendidikan maupun penyediaan tenaga pengajar ahli di bidang perawatan pesawat.
“Selain itu, dilakukan juga kerja sama dengan industri yang akan menampung para lulusan agar dapat langsung terserap kerja,” papar Airlangga.
Kemenperin mencatat, Indonesia akan menyerap sebanyak 12-15 ribu tenaga ahli MRO dalam kurun 15 tahun ke depan. Sementara itu, sekolah-sekolah teknisi penerbangan di Indonesiahanya menghasilkan 200 tenaga ahli per tahun, sedangkan kebutuhannya mencapai 1.000 orang per tahun.
Industri penerbangan dalam negeri terus berkembang dan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal ini diindikasikan dengan kenaikan jumlah lalu lintas udara, baik penumpang maupun untuk arus barang.
“Pertumbuhan jumlah penumpang udara domestik meningkat rata-rata 15 persen per tahun selama 10 tahun terakhir, sedangkan jumlah penumpang udara internasional naik hingga sekitar delapan persen dan Indonesia adalah merupakan negara terbesar ketiga di Asia dalam pembelian pesawat udara setelah China dan India,” jelas Airlangga.
Sumber: http://kemenperin.go.id
Editor: Hendri Kurniawan