Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto menyampaikan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia akan semakin menguat jika jumlah pengusaha yang dimiliki terus ditambah. Ia menuturkan, berkaitan dengan hal itu, Kementerian Perindustrian aktif memacu tumbuhnya wirausaha industri baru khususnya dari kalangan generasi muda.
“Untuk itu, kami mendorong kepada para mahasiswa agar berwirausaha sejak duduk di bangku kuliah,” ujarnya saat memberikan kuliah umum di Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (20/4).
Airlangga tidak ingin generasi muda Indonesia yang sudah selesai mengenyam pendidikan, hanya banyak yang bekerja sebagai karyawan apalagi menjadi pengangguran. Menurutnya, tumbuhnya wirausaha atau pelaku industri dapat membawa efek berantai terhadap perekonomian seperti peningkatan pada penyerapan tenaga kerja.
“Maka itu, kunci utama untuk jadi entrepreneur sukses ada dua, yaitu pintar dan perbanyak pertemanan,” ungkapnya.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Kemenperin diberi target untuk menumbuhkan sebanyak 20.000 wirausaha baru hingga akhir tahun 2019.
“Jumlah pengusaha di Indonesia naik mencapai 3,4 persen di tahun 2017. Angka ini cukup baik karena telah melebihi standar nasional sebesar 2 persen,” jelas Airlangga.
Dengan masuknya era Industri 4.0, generasi muda juga dituntut agar melek dengan perkembangan teknologi terkini. “Kami berharap akan semakin banyak melahirkan wirausaha industri digital atau startup,” tutur Airlangga.
Upaya tersebut sejalan dengan target pemerintah untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020.
Airlangga optimistis, sasaran tersebut dapat tercapai, karena saat ini jumlah pengguna internet di Tanah Air sudah mencapai 143 juta orang. Menurutnya, hal ini merupakan sebuah potensi pasar yang besar.
“Oleh sebab itu, generasi milenial memiliki peranan penting lantaran merekalah pengguna dominan dari teknologi yang menjadi ciri khas revolusi industri keempat, yaitu internet,” tegasnya.
Terlebih lagi, hingga tahun 2045 nanti Indonesia memiliki bonus demografi atau masa di mana jumlah penduduk usia muda lebih banyak daripada penduduk usia tua. “Sampai 15 tahun ke depan, kita masih punya bonus demografi. Ini merupakan masa emas bagi Indonesia untuk juga menjadi 10 negara dengan perekonomian terbesar di dunia pada tahun 2030,” imbuh Airlangga.
Saat ini, Kemenperin telah memfasilitasi program tersebut melalui pembangunan gedung inkubasi bagi para pelaku usaha rintisan (startup), antara lain di Bandung Techno Park, Bali Creative Industry Center (BCIC) atau TohpaTI Center, Incubator Business Center di Semarang, Makassar Technopark, dan Pusat Desain Ponsel di Batam.
Sarana-sarana tersebut menjadi basis inovasi dan kreativitas bagi para putra-putri Indonesia yang ingin mengembangkan software, web, aplikasi, film dan animasi, serta program-program digital lainnya.
“Kami juga bersama pihak swasta mendorong pengembangan Nongsa Digital Park di Batam. Selain itu, Apple membangun innovation center di BSD,” ujar Airlangga.
Untuk itu, Airlangga meminta kepada generasi milenial Indonesia agar bisa menguasai bahasa Inggris, statistik, dan koding. “Materi ini bisa dipelajari dalam kurun enam bulan, dan Indonesia siap menjadi solusi dalam digital ekonomi,” tegasnya.
Ia juga meyakini, Indonesia mampu menumbuhkan lagi unicorn atau perusahaan startup yang memiliki valuasi di atas USD 1 miliar. Saat ini, di ASEAN ada sekitar tujuh unicorn. Empat di antaranya dari Indonesia, yakni Bukalapak, Traveloka, Tokopedia, dan Gojek.
“Saat ini, peluang bisnis semakin terbuka dengan adanya berbagai marketplace, seperti Bukalapak dan Tokopedia. Dahulu para founder marketplace yang ada di Indonesia itu memulai usaha sejak mereka duduk di bangku kuliah,” kata Airlangga.
Sumber: www.kemenperin.go.id
Editor: Hendri Kurniawan