Perekonomian Indonesia meningkat cukup tinggi, hal ini tercermin pada Produk Domestik Bruto (PDB) triwulan II 2018 yang tercatat tumbuh 5,27% (yoy) atau merupakan capaian tertinggi sejak 2013.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Agusman mengatakan bahwa kenaikan pertumbuhan ekonomi tersebut terutama didorong oleh permintaan domestik dari konsumsi swasta dan pemerintah.
“Investasi tetap tumbuh tinggi, meskipun melambat sejalan dengan berkurangnya hari kerja di bulan Juni 2018,” ujar dia dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin (6/8).
Agusman menuturkan bahwa meningkatnya pertumbuhan permintaan domestik berdampak pada tingginya pertumbuhan impor, di tengah kinerja ekspor yang relatif terbatas.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi swasta baik dari rumah tangga maupun Lembaga Nonprofit melayani Rumah Tangga (LNPRT) mencatatkan pertumbuhan tinggi.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat 5,14% (yoy) tertinggi sejak 2014, didukung oleh perbaikan pendapatan dan keyakinan konsumen serta terjaganya inflasi.
“Konsumsi LNPRT tumbuh 8,71% (yoy) ditopang oleh penyelenggaraan Pilkada serentak yang meliputi sebagian besar wilayah Jawa,” tuturnya.
Agusman menerangkan, belanja pemerintah juga membaik dengan tumbuh 5,26% (yoy) pada triwulan II 2018. “Lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, sehingga memberikan dorongan terhadap kuatnya permintaan domestik,” terangnya.
Ia juga menegaskan bahwa investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tetap tumbuh tinggi sebesar 5,87% (yoy), meskipun melambat dari triwulan sebelumnya. Kuatnya permintaan domestik berdampak pada tingginya pertumbuhan impor pada triwulan II 2018 khususnya di komponen barang modal dan bahan baku.
“Impor tumbuh 15,17% (yoy) sedangkan ekspor tumbuh sebesar 7,70% (yoy),” tandasnya.
Dari sisi lapangan usaha (LU), lanjut Agusman, perbaikan permintaan domestik tercermin pada kinerja LU Perdagangan, LU Pertanian, LU Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, serta LU jasa-jasa lainnya yang utamanya di jasa administrasi pemerintahan, jasa perusahaan, dan jasa kesehatan.
“Kinerja LU Industri Pengolahan dan LU Konstruksi yang menurun terkait dengan jumlah hari kerja pada periode libur lebaran di Juni 2018 yang lebih panjang daripada 2017,” tambahnya.
Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2018 tetap kuat didorong permintaan domestik. Investasi tetap baik seiring dengan berlanjutnya pembangunan infrastruktur sehingga mendorong perbaikan konsumsi swasta.
Selain itu, belanja pemerintah yang tetap kuat dan stabilitas makroekonomi yang terjaga akan mendukung momentum perbaikan ekonomi.
“Penguatan struktur lapangan usaha yang terus dilakukan melalui kebijakan reformasi struktural akan semakin memantapkan akselerasi perbaikan ekonomi ke depan,” pungkas Agusman.
Sumber: www.bi.go.id
Editor: Eva Ulpiati