Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa saat ini telah banyak kemajuan di bidang ekonomi yang digapai oleh Indonesia dalam kurun tiga tahun ini.
lembaga-lembaga internasional mulai dari Moody’s, Fitch Ratings, Standard and Poor’s memberikan predikat layak investasi (investment grade) kepada Indonesia. Peringkat daya saing global Indonesia juga meningkat dari 41 menjadi nomor 36 dari 137 negara.
“Melihat angka-angka ini, bangsa Indonesia harus optimis. Negara lain lihat kita saja optimis melihat perkembangan ekonomi kita, kenapa kita sendiri malah tidak optimis?” ujar Jokowi dalam acara Sarasehan kedua 100 Ekonom Indonesia, di Puri Agung Convention Hall, Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Selasa (12/12).
Jokowi mengaku sudah memerintahkan Menko Perekonomian, Darmin Nasution, untuk mengejar target urutan ke-40 pada peringkat Ease of Doing Business.
“Peringkat Ease of Doing Business ini yang terus saya kejar sudah meningkat, dari 2014 saya ingat 120, kemudian tahun ini sudah meloncat menjadi 72. Dari 120 ke-72 itu dalam 3 tahun sebuah lompatan yang sangat pesat. Tapi target saya memang bukan 72, saya sudah perintahkan ke Menko Ekonomi targetnya 40 di 2019,” katanya.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga ini disumbang oleh ekspor barang dan jasa 17,27%, investasi sebesar 17,11%, konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga 6,01%, konsumsi rumah tangga 4,93%, dan konsumsi pemerintah 3,46%.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor informasi jasa komunikasi sebesar 9,80%, diikuti jasa lainnya 8,71%, transportasi dan pergudangan 8,25% dan jasa perusahaan sebesar 8,07%.
Adapun penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam negeri, menurut Presiden, dari Januari sampai Desember itu 12,1 %. Ia menambahkan bahwa pertumbuhan mencapai 12,1% dibandingkan periode yang sama kalau dibandingkan 2 tahun yang lalu hanya tumbuh 2,9%.
“Artinya, kalau PPN-nya tumbuh 12,1 % di situ ada transaksi, di situ ada kegiatan ekonomi yang dipotong pajak pertambahan nilainya,” tambah Jokowi.
Sektor pariwisata, jumlah turis di 3 kuartal tahun ini mencapai 10,46 juta atau naik 25%, 25,05% dibandingkan periode yang sama 2016 hanya 8,36 juta.
Untuk nilai impor barang konsumsi Januari-September juga naik 11,81%, bahan baku penolong naik 15,21%, dan barang modal juga naik 9,51%.
Sedangkan nilai ekspor, periode Januari-September 2017 naik 17,36% atau 123,36 miliar dolar AS dibandingkan periode yang sama di 2016. Sementara, ekspor non migas naik 17,37%, ini mencapai 125,6 miliar dollar AS.
“Ini sebuah catatan yang saya terima, ini rekor, sebuah rekor. Bahkan lebih tinggi pencapaiannya dibanding saat booming komoditas. Saya kira ini menjadi catatan kita semuanya,” pungkas Jokowi. (red)