Home Ekonomi Sektor IKTA Dinilai Memiliki Daya Saing Tinggi

Sektor IKTA Dinilai Memiliki Daya Saing Tinggi

110
0
SHARE

Sektor IKTA dinilai memiliki daya saing yang cukup tinggi sehingga mampu bersaing di kancah global. Salah satunya dibuktikan oleh subsektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT), di mana strukturnya terintegrasi dari hulu-hilir dan produknya dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional.

“Khusus untuk industri shoes and apparel sport, produksi kita sudah melewati China. Bahkan, Di Brasil, kita sudah menguasai pasar di sana hingga 80 persen,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto di Jakarta, Senin (19/2).

Airlangga memaparkan bahwa industri TPT juga mampu menyumbang PDB sebesar Rp 150,43 triliundi tahun 2017. Nilai ekspornya mencapai USD 12,58 miliar atau naik 6 persen dibanding tahun 2016.

“Potensi peningkatan ekspornya masih sangat terbuka melalui pengoptimalan utilisasi yang ada maupun penambahan investasi baru, serta potensi peningkatan ekspor juga semakin terbuka jika produk TPT kita dikenakan tarif yang sama dengan Vietnam dan Bangladesh di Eropa atau Amerika,” papar Airlangga.

Untuk itu, pemerintah tengah berupaya membuat perjanjian kerja sama ekonomi yang komprehensif dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk memperluas pasar ekspor TPT lokal.

“Saat ini dalam proses negosiasi untuk bilateral agreement tersebut, karena bea masuk ekspor produk tekstil Indonesia masih dikenakan 5-20 persen, sedangkan ekspor Vietnam ke Amerika dan Eropa sudah nol persen,” tutur Airlangga.

Industri TPT merupakan sektor padat karya berorientasi ekspor. Pada tahun 2018, Kemenperin mematok ekspornya sebesar USD 13,5 miliar dan menyerap tenaga kerja sebanyak 2,95 juta orang. Tahun 2019, ekspornya diharapkan bisa mencapai USD 15 miliar dan menyerap sebanyak 3,11 juta tenaga kerja. “Sektor ini mampu memberikan share ekspor dunia sebesar 1,6 persen,” kata Airlangga.

Airlangga mengatakan, selain sektor industri TPT, Kemenperin juga menggenjot sektor lainnya di dalam kelompok IKTA, antara lain adalah industri bahan kimia dan barang kimia yang memberikan kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 1,25 persen atau senilai Rp 170,41 triliun pada tahun 2017.

Selanjutnya, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki yang menyumbangkan kepada PDB nasional sebesar 0,27 persen atau senilai Rp 37 triliun. Sektor ini mampu mencatatkan angka ekspornya hingga Rp66 triliun di tahun 2017, naik 5,87 persen dibandung tahun 2016. Target ekspornya pada 2018 akan mencapai USD 5,3 miliar dan tahun 2019 sebesar USD 6 miliar. Di tahun 2018, ditargetkan ekspornya mencapai USD 1,67 miliar dan tahun 2019 sebesar USD 1,81 miliar.

“Industri kosmetik, sabun, dan bahan pembersih juga berpotensi besar, dengan nilai ekspor Rp 19 triliun pada tahun 2017. Dalam lima tahun terakhir, ekspornya mampu naik 3,56 persen,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan, Pemerintah juga akan memacu industri  ban dan sarung tangan karet. Sektor ini mencatatkan nilai ekspornya pada tahun 2017 mencapai Rp 25 triliun, dengan memiliki potensi pasar internasional sebesar 70 persen. Target ekspor sektor ini tahun 2018 sebesar USD1,86 miliar dan tahun 2019 sebesar USD1,92 miliar.

“Untuk market share ekspor ban kita di dunia bisa mencapai 2,28 persen,” ujarnya.

Kemenperin mencatat, beberapa pertumbuhan subsektor IKTA pada tahun 2017, yaitu industri farmasi, produk obat kimia dan tradisional sebesar 6,85 persen, industri pakaian jadi 4,39 persen, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia 3,48 persen, industri karet, barang karet, dan plastik 2,47 persen, industri tekstil 2,33 persen, serta industri kulit, barang kulit, dan alas kaki 2,22 persen.

 

Sumber: http://kemenperin.go.id/

Editor: Hendri Kurniawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here