Hingga September 2018, realisasi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tercatat baru sebesar Rp 200,23 triliun atau sekitar 1,35 persen Produk Domestik Bruto (PDB).
“Realisasi defisit tersebut lebih rendah dari realisasi defisit di periode tahun sebelumnya. Pada periode yang sama tahun lalu, defisit anggaran tercatat Rp 272 triliun, atau turun Rp72 triliun,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam keterangan pers di kantor Kemenkeu, Jakarta, Rabu (17/10).
Menurut Sri Mulyani, realisasi defisit anggaran ini berasal dari pendapatan negara sebesar Rp 1,312,3 triliun atau sebesar 69,26 persen dari target APBN 2018. Sementara realisasi belanja negara telah mecapai Rp 1.512,55 triliun atau sekitar 68,1 persen dari pagu APBN.
Untuk menutup defisit anggaran itu, realisasi pembiayaan yang dilakukan Pemerintah hingga September 2018 mencapai Rp 292,83 triliun, yang utamanya bersumber dari pembiayaan melalui utang sebesar Rp 304,94 triliun, atau mencapai 76,4 persen dari target APBN 2018.
“Realisasi pembiayaan utang tersebut terdiri dari penerbitan SBN (neto) sebesar Rp 308,76 triliun atau mencapai 74,5 persen dari APBN 2018 dan pinjaman (neto) sebesar minus Rp 3,82 triliun atau sekitar 25,0 persen dari rencana Pemerintah di tahun 2018,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pertumbuhan pembiayaan utang menunjukkan tren yang menurun apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017, yaitu turun sebesar 25,14 persen. Sementara itu, meskipun posisi keseimbangan primer per September 2018 berada pada minus Rp 2,40 triliun,. kondisi ini masih jauh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai minus Rp 99,24 triliun.
“Hal ini sejalan dengan upaya Pemerintah untuk senantiasa menjaga pengelolaan APBN yang sehat dan berkelanjutan dengan menekan defisit keseimbangan primer menuju ke arah surplus,” ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengemukakan, di tengah prospek pertumbuhan perekonomian global tahun 2018 yang diperkirakan mengalami perlambatan, pemerintah fokus pada strategi menjaga stabilitas dan penguatan fundamental ekonomi domestik.
“Stabilitas ekonomi nasional masih tetap terjaga, dimana selama bulan Agustus-September terjadi deflasi masing-masing sebesar 0,05 persen dan 0,18 persen meski terdapat tekanan terhadap nilai tukar Rupiah,” ucapnya.
Adapun realisasi Penerimaan Negara didukung oleh capaian Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Hibah hingga akhir September 2018 telah mencapai Rp 1.312,32 triliun atau sebesar 69,26 persen dari target APBN 2018.
Penerimaan Negara yang berasal dari penerimaan Perpajakan mencapai Rp 1.024,51 triliun atau 63,32 persen dari target APBN 2018, sementara Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tercatat sebesar Rp 281,37 triliun (102,16 persen dari target APBN 2018), dan Hibah sebesar Rp 6,45 triliun (538,56 persen dari target APBN 2018).
Sumber: http://setkab.go.id
Editor: Rahmawati Alfiyah