Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong masyarakat untuk menggunakan motor listrik. Pasalnya, Penggunaan motor listrik secara masif dapat mendukung upaya konvervasi energi. Motor listrik merupakan produk yang ramah lingkungan sehingga tidak mencemari lingkungan karena tidak berbasis bahan bakar fosil.
Selain itu, dengan energi utama yang berasal dari listrik, hal ini akan mendukung langkah konservasi energi yang digalakkan pemerintah. Sebab, sumber istrik bisa berasal dari berbagai macam pembangkit seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), dan sebagainya.
Saat ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan tengah mendorong penggunaan mobil listrik. Tahapannya saat ini sedang dalam proses pembuatan Peraturan Presiden (Perpres).
“Kita dorong, perpres lagi dibuat. Penciptaan kendaraan listrik. Kalau motor kan sudah jalan,” kata Jonan saat menyaksikan penandatanganan kerja sama PLN dengan IPP asal Prancis di Kedutaan Besar Indonesia di Paris, Prancis, Senin (11/12).
Sebagaimana diketahui, Jonan sedang menghadiri One Planet Summit 2017. Pemerintah mendorong adanya penggunaan energi yang efisien dan bersih.
Jonan menyatakan, beberapa waktu yang lalu, pada saat diskusi mengenai mobil listrik di Bali yang dihadiri oleh perusahaan-perusahaan otomotif dunia, Ia sempat mempertanyakan terkait produksi mobil listrik pada perusahaan-perusahaan tersebut.
“Saya tanya Mercy (Mercedes Benz) Indonesia, dia siap kapan, dia bilang 2030. Kita mencanangkan harapannya Pak Presiden (Joko Widodo) paling lambat 2040. Kita sudah mulai penggunaaan mobil listrik, sudah mulai banyak. Ya enggak bisa segera,” ujarnya.
Jonan menuturkan bahwa mobil listrik yang dimaksud tidak harus menggunakan merek lokal. Produsen mobil yang saat beroperasi di Indonesia sudah menyatakan siap memproduksi mobil listrik beberapa tahun mendatang.
“Menurut saya begini, ini biarkan saja kompetisi. Merek-merek lain saja yang penting ada. Biar swasta saja yang bikin. Ini dua hal yang beda ya, misalnya mobil listrik harus dibuat di lokal ini jadi panjang lagi. Harapan saya sih bisa cepat, tapi berani enggak investornya investasi,” tambahnya.
Ia menjelaskan bahwa sampai saat ini banyak produsen mobil asal Jepang yang punya pabrik di Indonesia. Namun, parusahaan-perusahaan tersebut tidak ingin membuat mobil listrik secara langsung, melainkan ingin memproduksi mobil hybrid terlebih dahulu.
“Mereka sih maunya hybrid. Saya tanya kalau 2020 siap enggak, mereka bilang semua siap. Anda lihat kan merek-merek dunia sudah bikin mobil listrik, tapi mereka pasarkan di luar negeri bukan di Indonesia. kalau mobil listrik di Indonesia ada dan harganya bersaing dengan kendaraan fosil, saya pasti beli, saya pasti pakai itu mobil listrik,” ungkap Jonan.
Dia juga tidak khawatir atas kelangsungan hidup perusahaan minyak yang selama menjual bahan bakar setelah marak mobil listrik berseliweran. Sebab, perusahaan-perusahaan ini akan beradaptasi dengan bisnis baru.
“Bukan SPBU tutup, SPBU nanti jualan baterai, tukar baterai atau colok. Kalau colok kelamaan ya di rumah saja. Misalnya, Total. Dia tidak akan tutup, dia akan masuk ke perusahaan dengan energi terbarukan,” tutup Jonan. (EA)