Pemerintah terus berupaya untuk menekan angka kemiskinan yang terjadi di desa. Selain itu, Pemerintah juga berupaya untuk dapat meningkatkan kesejahteraan petani saat ini.
Berkaitan dengan hal itu, Kementerian Pertanian mencanangkan program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (Bekerja). Melalui program tersebut, Pemerintah akan membagikan bibit dan benih pertanian serta ternak untuk dimanfaatkan masyarakat dengan mengintensifkan pertanian di sekitar pekarangan.
Program Bekerja akan menjangkau 1.000 desa di 100 kabupaten. Dengan upaya ini, diharapkan angka kemiskinan secara agregat mampu ditekan sesuai target pemerintah menjadi satu dijit atau di bawah 10 persen pada 2018.
“Sesuai arahan Presiden Jokowi, Program Bedah Kemiskinan ini adalah bagian program padat karya tunai, berbasis pada pertanian. Sektor pertanian harus menjadi ujung tombak untuk menekan angka kemiskinan khususnya di desa, serta mengangkat kesejahteraan petani,” kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat mencanangkan Program Bekerja di di Desa Cikencana, Sukaresmi, Cianjur, Jawa Barat, Senin (23/04).
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin turun signifikan dari 10,96% (27,73 juta orang) pada Septeber 2014, menjadi 10,12% (26,58 juta orang) di September 2017.
Dari total penduduk miskin di 2017 sebesar 26,58 juta orang, 16,31 juta orang diantaranya atau 13,47% berada di desa. Dengan skenario tersebut, dalam lima tahun ke depan angka kemiskinan desa dapat diturunkan menjadi 9,92%. Atau dengan kata lain, pada 2022, 1 juta rumah tangga miskin dapat terentaskan dari kemiskinan dari posisi saat ini 3,6 juta rumah tangga.
Amran menegaskan, program Bekerja harus dapat menjadi solusi permanen pengentasan kemiskinan dengan menyasar jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
“Untuk jangka pendek, tanaman sayuran bisa menjadi solusi karena tiga bulan sudah bisa panen. Untuk jangka menengah kita berikan ayam dan kambing, karena ayam misalnya sudah bisa bertelur di enam bulan. Sementara untuk jangka panjang tanaman keras seperti mangga, salak dan lain-lain,” ujarnya.
Setiap rumah tangga miskin akan menerima bantuan 50 ekor ayam, 3 ekor kambing/domba, 5 ekor kelinci beserta kandang dan pakan selama 6 bulan, 2-3 batang bibit mangga/manggis/durian/pisang/pepaya, 2-3 batang bibit kopi/kakao/pala/lada dan 10 batang bibit cabai/bawang merah.
“Secara khusus, Kementan telah melakukan refocusing anggaran untuk menyediakan 10 juta ekor ayam. Program Bekerja memanfaatkan pekarangan masyarakat secara intensif untuk pertanian,” terang Amran.
Terkait efektivitas distribusi program, Kementan memperhatikan agro-climate, kultur tanaman, serta keunggulan komparatif yang dimiliki oleh setiap daerah.
Hal ini bertujuan agar Program Bekerja bisa mewujudkan klaster ekonomi yang fokus sehingga bisa menopang skala industri di daerah. Pada setiap klaster ekonomi dikembangkan usaha hulu (produksi) hingga hilir (pengolahan dan pemasaran).
Untuk memastikan program tersebut bisa tepat sasaran, Kementan membentuk tim yang langsung turun ke lapangan untuk penerapannya. Terdapat sejumlah provinsi prioritas sebagai awal yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Sumsel, Lampung, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.
“Menggunakan data yang sudah ada, Kementan akan fokus pada mereka yang benar-benar membutuhkan, karena datanya sudah ada. By name, by address,” tutur Amran.
Kementan berharap program ini dapat berjalan dengan baik dengan menjalin sinergi berbagai pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta stakeholders terkait.
Sejumlah universitas, organisasi kepemudaan, organisasi keagamaan, dan organisasi-organisasi lain yang punya fokus program pemberdayaan pertanian dan pengentasan kemiskinan juga diharapkan bisa berpartisipasi aktif.
Reporter: Rahmawati Alfiyah