Dalam upaya untuk melakukan penghematan devisa, Pemerintah menggunakan tiga sektor untuk menjadi andalan. Ketiga hal itu adalah implementasi Biodiesel 20 (B20), penghematan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), dan sektor jasa pariwisata.
“Itu utamanya di sektor itu. Jadi kelapa sawit kemudian, kalau sektor lain ya tentu dari DMO (domestic market obligation), dari selain kelapa sawit, tentu TKDN kemudian jasa dan produk lain untuk ekspor,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto usai mengikuti Rapat Terbatas, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (31/7).
Mengenai implementasi B20, Airlangga mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah untuk non-PSO (Public Service Obligation) karena PSO yang sebenarnya sudah berlaku.
“Jadi ini tentu yang menjadi catatan dan mendapatkan konfirmasi bahwa seluruh sektor yang PSO maupun non-PSO tidak ada hambatan teknis untuk pelaksanaan. Tinggal perusahaan-perusahaan yang melakukan distribusi BBM yang perlu dipersiapkan untuk itu,” tandasnya.
Aturan mengenai penerapan B20 untuk non-PSO saat ini sedang diselesaikan. Namun Airlangga membantah jika pelaksanaannya akan dilakukan pada Kamis (2/8) ini. Pasalnya, pada hari tersebut baru akan ada pernyataan kesiapan dari industri otomotif maupun alat berat. Ia berharap para distributor BBM ataupun yang menjual sudah bisa menyediakan biodiesel 20 persen.
Mengenai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKN), Airlangga menuturkan, pemerintah melihat di beberapa sektor industri, yaitu sektor terutama terkait dengan hulu migas dan juga terkait dengan PLN.
“Jadi 2 (dua) sektor itu yang nanti akan didorong. Nah salah satu yang perlu dipersiapkan adalah Keppres, karena tinggal nunggu keputusan presiden (keppres)-nya,” jelas Airlangga.
Airlangga enggan menyebutkan berapa ketentuan TKDN yang akan diberlakukan. Ia mengingatkan bahwa hal ini tidak sama dengan otomotif karena ini lebih kepada pembelian pemerintah dalam proyek-proyek pemerintah.
Dari TKDN ini saja, Ia berharap ada penghematan 2 juta dolar AS. Sementara dari biodiesel diharapkan ada penghematan 5,6 juta dolar AS tiap tahunnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan dua hal penting yang harus dilakukan sebagai strategi kebijakan untuk memperkuat cadangan devisa agar ekonomi Indonesia semakin kuat dan meningkat dalam menghadapi ketidakpastian global, yaitu pengendalian impor dan peningkatan ekspor.
“Saya minta dievaluasi lagi secara detail impor, barang-barang yang tidak bersifat strategis yang perlu kita setop dulu atau dikurangi atau diturunkan,” tegas Presiden Jokowi dalam pengantarnya pada Rapat Terbatas Strategi Kebijakan Memperkuat Cadangan Devisa di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, (31/7).
Presiden mengingatkan tentang mandatori pemakaian biodiesel yang pernah disampaikannya pada ratas sebelumnya untuk segera dijalankan. Ia meminta setiap waktu update perkembangan mandatori tersebut, karena berdasarkan data yang diterimanya, berpotensi menghemat devisa dari impor BBM yang sangat besar sekali, yaitu 21 juta dolar AS setiap harinya.
Presiden juga menyoroti mengenai peningkatan penggunaan kandungan dalam negeri atau TKDN, yang sudah dibicarakan sejak 1,5 tahun atau 2 tahun lalu, tapi dalam implementasi dan pelaksanaan ini masih setengah-setengah.
Sumber: http://setkab.go.id
Editor: Eko “Gajah”