Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyampaikan bahwa tingkat inflasi Indonesia mengalami tren yang relatif rendah sejak tahun 2015. Laju inflasi juga dapat ditekan pada angka di bahwa 3,5 persen.
Menurutnya, hal itu terjadi karena didukung oleh upaya keras pemerintah dengan menunjukkan kinerja yang cukup bagus. “Empat tahun belakangan, inflasi di bawah 3,5 persen. Karena jika inflasi tinggi, berapapun kenaikan pendapatan menjadi percuma karena akan menurunkan daya beli,” kata dia saat jumpa pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Rabu (2/1/2019).
Berdasarkan catatan BPS sewindu terakhir, pada 2011 inflasi mencapai 3,79 persen lalu meningkat pada 2012 menjadi 4,3 persen. Pada 2013 dan 2014, inflasi naik cukup tajam menjadi masing-masing 8,38 persen dan 8,36 persen.
Namun, pada 2015 inflasi dapat ditekan pada angka 3,35 persen, lalu menurun setahun setelahnya menjadi 3,02 persen. Pada 2017, inflasi sempat naik menjadi 3,61 persen lalu pada tahun ini kembali turun menjadi 3,13 persen.
“Jadi memang sudah di-set bahwa inflasinya dengan berbagai cara, berbagai kebijakan, coba ditekan di bawah 3,5 persen. Kalau sampai tinggi ya akan berpengaruh terhadap daya beli seluruh lapisan konsumen,” ujar Suhariyanto.
Pada tahun 2018 ini, BPS merilis 20 komoditas yang dominan memberikan andil inflasi antara lain bensin sebesar 0,26 persen, beras, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,13 persen, daging ayam ras sebesar 0,12 persen, ikan segar dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar 0,1 persen, tarif sewa rumah sebesar 0,09 persen, bawang merah, nasi dengan lauk, rokok kretek, upah tukang bukan mandor, dan upah pembantu rumah tangga masing-masing sebesar 0,07 persen.
Selanjutnya, mie, tarif kontrak rumah, emas perhiasan, dan tarif pulsa ponsel masing-masing sebesar 0,06 persen, uang sekolah SD sebesar 0,05 persen, jeruk dan rokok putih masing-masing sebesar 0,04 persen, dan uang kuliah Akademi/PT sebesar 0,03 persen.
“Beras itu perlu kita jaga di Oktober, November, Desember. Daging ayam ras juga, seiring setiap kali ada momem besar Lebaran, Natal, Tahun Baru, puasa, selalu mengalami kenaikan. Di sana saya tidak melihat ada pola yang baru dan sebetulnya bisa kita duga di momen-momen tertentu komoditas makanan tertentu akan naik. Jadi sekarang bagaimana kuncinya ketersediaan dan distribusi menjadi lancar,” papar Suhariyanto.
Sumber: https://jpp.go.id
Editor: Puput KJ