Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa hasil ekspor-impor pada bulan Desember 2018. Laporan itu juga menyampaikan secara keseluruhan kondisi neraca dagang Indonesia tahun 2018.
Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan nilai ekspor pada Desember 2018 mencapai USD 14,18 miliar atau turun 4,62% (year on year). Sementara Impor tercatat USD 15,28 miliar (year on year) atau tumbuh 1,16%.
“Posisi total ekspor mengalami penurunan Desember 2018 year on year. Tapi juga mengalami penurunan secara bulanan,” katanya di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (15/1).
Ekspor pertambangan turun 20,77% secara year on year. Sementara ekspor pengolahan turun 3,88% secara year on year. BPS mencatat sepanjang 2018, ekspor masih tumbuh 6,65% sebesar USD 180,06 miliar. Pada 2017, ekspor hanya tercatat USD 168,83 miliar.
Dalam catatan BPS, nilai ekspor Indonesia Desember 2018 mencapai USD 14,18 miliar atau menurun 4,89 persen dibanding ekspor November 2018. Demikian juga dibanding Desember 2017 menurun 4,62 persen.
Sementara nilai ekspor nonmigas Desember 2018 mencapai USD 12,43 miliar, turun 8,15 persen dibanding November 2018. Demikian juga dibanding ekspor nonmigas Desember 2017, turun 7,01 persen.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Desember 2018 mencapai USD 180,06 miliar atau meningkat 6,65 persen dibanding periode yang sama tahun 2017, sedangkan ekspor nonmigas mencapai USD 162,65 miliar atau meningkat 6,25 persen.
Penurunan terbesar ekspor nonmigas Desember 2018 terhadap November 2018 terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar USD 278,7 juta (56,25 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada perhiasan/permata sebesar USD 84,9 juta (27,41 persen).
Dilihat dari sektor, maka ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari-Desember 2018 naik 3,86 persen dibanding periode yang sama tahun 2017, demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya naik 20,47 persen, sementara ekspor hasil pertanian turun 6,40 persen.
Sementara, ekspor nonmigas Desember 2018 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu USD 1,67 miliar, disusul Amerika Serikat USD 1,48 miliar dan Jepang USD 1,16 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 34,70 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar USD 1,33 miliar.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-Desember 2018 berasal dari Jawa Barat dengan nilai USD 30,37 miliar (16,87 persen), diikut Jawa Timur USD 19,07 miliar (10,59 persen) dan Kalimantan Timur USD 18,56 miliar (10,31 persen).
Nilai impor Indonesia Desember 2018 mencapai USD 15,28 miliar atau turun 9,60 persen dibanding November 2018, namun naik 1,16 persen jika dibandingkan Desember 2017.
Impor nonmigas Desember 2018 mencapai USD 13,31 miliar atau turun 5,14 persen dibanding November 2018, sebaliknya meningkat 6,16 persen jika dibanding Desember 2017.
Impor migas Desember 2018 mencapai USD 1,97 miliar atau turun 31,45 persen dibanding November 2018, demikian juga apabila dibandingkan Desember 2017 turun 23,33 persen.
Penurunan impor nonmigas terbesar Desember 2018 dibanding November 2018 adalah golongan bahan kimia organik sebesar USD 174,4 juta (27,07 persen), sedangkan peningkatan terbesar adalah golongan buah-buahan sebesar USD 69,8 juta (68,90 persen).
Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Desember 2018 ditempat oleh Tiongkok dengan nilai USD 45,24 miliar (28,49 persen), Jepang USD 17,94 miliar (11,30 persen), dan Thailand USD 10,85 miliar (6,83 persen). Impor nonmigas dari ASEAN 19,85 persen, sementara dari Uni Eropa 8,86 persen.
Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal selama Januari-Desember 2018 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 22,03 persen, 20,06 persen, dan 19,54 persen.
Sumber: https://jpp.go.id
Editor: Puput KJ