Home Nasional Empat Kecamatan Terisolir di Sigi Sudah Dapat Bantuan Kesehatan dan Logistik

Empat Kecamatan Terisolir di Sigi Sudah Dapat Bantuan Kesehatan dan Logistik

62
0
SHARE
Sumber foto:https://jpp.go.id

Pemerintah sudah mendistribusikan logistik bantuan maupun penanganan kesehatan korban terdampak gempa di empat kecamatan Kabupaten Sigi yang terisolir dengan helikopter.

“Distribusi logistik untuk empat kecamatan terisolir dengan bentuan TNI melalui dropping dengan helikopter. Terisolir karena akses ke lokasi rusak berat,” ungkap Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 terkait penanganan tanggap darurat pascagempa dan tsunami Sulteng di Graha BNPB, Jakarta, Minggu (7/10).

Sutopo menjelaskan bahwa Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sudah berupaya untuk membuka akses wilayah terisolir tersebut. “Adapun, untuk bantuan penanganan tanggap darurat bencana, kondisi pelabuhan Pantoloan, Kota Palu, sudah berangsur-angsur normal, sekarang dioperasikan baik untuk penumpang maupun penerimaan bahan logistik bantuan,” jelasnya.

Menyangkut penanganan kesehatan para korban, Sutopo mengungkapkan bahwa  saat ini sudah ada penanganan yang terdiri dari 146 medis terdiri 1.175 orang personel. “Mereka terdiri dari spesialis 121 orang, Dokter Umum 278 orang, penata anestesi 15 orang, perawat 527 orang, bidan 21 orang, farmasi 15 orang, kesehatan lain 29 orang, umum 169 orang. Personel medis yang sudah pulang dari lokasi sebanyak 20 tim,” ungkapnya.

Tim kesehatan juga memperhatikan kebutuhan para korban khususnya pengungsi khususnya bayi, anak dan ibu hamil. Bantuan makanan tambahan untuk Balita telah disalurkan sebanyak 295 karton dan MT Ibu hamil dari Posko Pusat sebanyak 595 karton.

“Saya mengimbau kepada masyarakat dan swasta agar jangan memberikan bantuan korban bencana berupa susu bayi, karena susu itu memerlukan penanganan dan  perlu persiapan yang ketat,” tegas Sutopo.

Sutopo juga menambahkan, larangan memberikan susu bayi mengingat di pengungsian air bersih terbatas, alat menstrerilkan juga terbatas. Apabila botol susu tidak steril ini dapat berpotensi diare, dan dehidrasi.

“Sudah ada kebijakan bersama Kemenkes dan Unicef, mengimbau agar tidak memberikan bantuan susu bayi karena perlu penanganan untuk pembuatan susu harus steril,” tukasnya.

Tim tanggap darurat bencana juga memerhatikan kesehatan lingkungan di lokasi pengungsi dan daerah terdampak gempa.

Sedangkan, pelayanan persalinan masih dilakukan di beberapa Puskesmas seperti PKM Nokilalaki, PKM Palolo dan rujukan persalinan ke RS Torabelo. Rumah Sakit terapung dari TNI AL, KRI dr Suharso juga sudah melakukan penanganan medis dan sejumlah operasi.

 

Sumber: https://jpp.go.id

Editor: Rahmawati Alfiyah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here