Asisten Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UMKM Kementerian Perekonomian Iwan Faidi menuturkan, Kabupaten Kulon Progo memiliki komoditas unggulan di sektor pertanian dan telah memiliki Kompetensi Inti Industri Daerah (KIID) yang ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian, yaitu industri gula semut.
Hal tersebut disampaikan Iwan dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Optimalisasi Keberlangsungan Industri Gula Semut Kulon Progo di Yogyakarta, Selasa (28/8).
“Produk gula semut sebagai produk unggulan daerah Kabupaten Kulon Progo memiliki potensi pasar luar negeri yang sangat tinggi, terlebih dengan kondisi pertumbuhan permintaan dunia terhadap produk gula semut sebesar 10%-15% setiap tahun,” tuturnya.
Berdasarkan data statistik Dinas Pertanian dan Pangan serta Dinas Perdagangan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017, realisasi produksi gula semut mencapai 4.621 Ton.
Hasil produksi gula semut yang diekspor melalui Kabupaten Kulon Progo sebesar 1.696T Ton dengan nilai ekspor Rp 47,8 Milyar, sedangkan produksi gula semut sejumlah 2.925 Ton diekspor melalui Kabupaten Bantul dan Purworejo.
Adapun negara-negara tujuan ekspor gula semut Kabupaten Kulon Progo terbesar antara lain negara-negara Eropa, Australia, Amerika, dan Jepang.
Iwan menjelaskan bahwa terdapat kekhawatiran akan keberlangsungan usaha gula semut di Kabupaten Kulon Progo, karena potensi pasar produk gula semut yang sangat besar tersebut belum diimbangi dengan pengembangan usaha/industri gula semut yang optimal dan komprehensif dari hulu ke hilir.
“Sehingga dibutuhkan optimalisasi pengembangan usaha industri gula semut di Kabupaten Kulon Progo yang dilatar belakangi oleh isu terancamnya keberlangsungan usaha industri ini,” katanya.
Dengan perkembangan era digital saat ini, tambah Iwan, harapannya usaha/industri gula semut Kulon Progo dapat memiliki terobosan untuk memperluas pasar dengan memanfaatkan platform digital.
“Di Indonesia saat ini telah berkembang aplikasi multichannel management yang dapat menghubungkan dengan berbagai online market place, sehingga pemilik usaha tidak perlu memantau masing-masing online marketplace,” imbuhnya.
Kemudian, pelaku usaha/industri juga dapat menggunakan platform e-commerce aggregator yaitu platform yang mengumpulkan produk dari produsen UKM, memfasilitasi penjualan online, operasional pergudangan dan layanan pelanggan.
Senada dengan Iwan, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan, kebutuhan dunia akan gula semut Indonesia masih tinggi. Bahkan, nilai ekspor Indonesia mencapai 48.000 dollar AS pada 2017 dari sebelumnya pada 2014 hanya 34,7 ribu dolar AS.
“Hal ini tentunya merupakan peluang bagi Kulon Progo sebagai daerah penghasil gula semut di Indonesia,” terang Hasto.
Namun, meskipun geliat usaha gula semut di kabupaten Kulon Progo tinggi, terdapat beberapa kendala antara lain:(i) rendahnya regenerasi penderes; (ii) petani penderes dalam melakukan proses produksi masih sangat tradisional; (iii) menurunnya kepercayaan pasar luar negeri dikarenakan masih banyaknya produk gula semut yang tidak memenuhi persyaratan.
Kemudian, (iv) adanya penyalahgunaan peranan pengepul maupun eksportir yang hanya mengeksploitasi petani penderes tanpa memberikan edukasi/pembinaan kepada petani; (v) rendahnya posisi daya tawar produk gula semut akibat dari tata niaga yang tidak efisien; (vi) belum adanya upaya perluasan pasar dalam negeri dan kesiapan menghadapi era perdagangan elektronik; dan (vii) belum optimalnya pengelolaan pergudangan dan jaringan logistik.
Sumber: https://ekon.go.id
Editor: Eva Ulpiati