Dukungan negara terhadap pelaksanaan Asian Para Games merupakan implementasi dari salah satu butir Nawacita. Dimana disebutkan dalam butir itu, pemerintah hadir dalam memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Pemerintah sudah mencantumkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2015-2019 tentang target pembangunan olahraga Indonesia. Di mana itu untuk menyatakan bahwa negara hadir dalam berbagai event, di samping juga untuk memperkuat NKRI.
“Yang pertama adalah menyatakan bahwa negara ini hadir, baik di dalam konteks olahrga nasional maupun intenasional,” kata Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan Kemenko PMK Nyoman Shuida dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 dengan tema “APG 2018: Pesta Kemanusiaan dan Kesetaraan” di Ruang Serba Guna Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Senin (1/10).
Terkait konsep kehadiran negara itulah, Nyoman menjelaskan, Indonesia sudah menetapkan beberapa regulasi untuk penyelenggaranan Asian Para Games. Terkait regulasi itu, sambung dia, termasuk di antaranya, membenahi infrastruktur.
“Bagaimana kita sudah membangun GBK, Jakabaring, dan infrastruktur tambahan pelengkap dan penunjang lainnya,” tuturnya.
menurut Nyoman, kehadiran pemerintah sendiri meliputi berbagai sektor, yang juga dilakukan demi meningkatkan atau memberi respect yang lebih besar dalam rangka memberikan apresiasi kepada anak bangsa, yang bisa mengharumkan nama bangsa.
“Asian Para Games ini merupakan salah bentuk penghormatan kepada kaum disabilitas. Bahwa mereka merupakan salah satu potensi pembangunan untuk mengharumkan nama Indonesia,” ujarnya.
Nyoman mengatakan, semua itu bisa disederhanakan di dalam Nawacita tentang kehadiran negara dalam memperteguh kebinekaan. “Jadi ini bukan hanya antarwarga tapi juga bersifat internasional,” tandasnya.
Nyoman mengungkapkan bahwa salah satu perbedaan mendasar antara Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018, khususnya yang menyangkut rangkaian kegiatan sebelum opening ceremony. “Kami melakukan pawai obor di delapan kota yang apinya diambil dari Mrapen, Jateng. Di ke-8 kota itu, pawai obor (torch relay) bukan hanya melintas, tapi juga menggelar pentas budaya di setiap daerah,” pungkasnya.
Turut hadir Asisten Deputi Olahraga Prestasi Kemenpora Chandra Bhakti, Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos Edi Suharto, dan Direktur Media dan PR Inapgoc Muhammad Farhan.
Diketahui, Asian Para Games ke III akan berlangsung mulai 6–13 Oktober 2018, diikuti 43 National Paralympic Committe (NPC), dengan jumlah peserta sebanyak 3.589 atlet, 983 official, 18 cabang olahraga, yang terdiri atas 588 nomor pertandingan, 19 venue atau arena.
Jumlah arena tersebar di tiga lokasi, yakni delapan di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan Jakarta, 10 arena di Jakarta, dan satu di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat. Diharapkan, Asian Para Games bakal semeriah Asian Games karena bakal diliput 590 media, didukung dengan 2.500 kamar wisma atlet, dan 6.500 relawan.
Adapun kontingen Indonesia ditargetkan meraih posisi 6 besar menyusul hasil baik sebagai juara umum dalam ASEAN Para Games 2017 di Malaysia. Sejumlah nomor pertandingan favorit adalah Atletik, Tenis Meja, Renang, Panahan serta olahraga khas paralimpik seperti Boccia, Anggar Kursi Roda, Bola Basket Kursi Roda dan Lawn Ball.
Reporter: Rahmawati Alfiyah