Home Nasional Perginya Sang Flamboyan dan Harapan Berseminya Rekonsiliasi Negeri

Perginya Sang Flamboyan dan Harapan Berseminya Rekonsiliasi Negeri

56
0
SHARE

“Flamboyan telah pergi. Namun, akan tetap hidup di hati kita semuanya, rakyat Indonesia yang mencintainya.”

Jamaninfo.com, Jakarta – Ucapan itu disampaikan Jokowi saat menjadi inspektur upacara pemakaman Ibu Kristiani Herrawati binti Sarwo Edhie Wibowo atau Ani Yudhoyono, istri Presiden ke-6 Republik Indonesia Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada usia 67 tahun, di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Minggu, 2 Juni 2019.

Pada kesempatan itu, Jokowi mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menyampaikan terima kasih dan penghormatan tertinggi atas pengabdian almarhumah selama ini kepada bangsa dan negara. Presiden juga berharap agar Allah SWT menempatkan almarhumah di tempat terbaik dan memberikan ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Upacara Pemakaman Almarhumah Ibu Ani Yudhoyono, Jakarta, 2 Juni 2019

“Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk mendoakan almarhumah. Semoga almarhumah diterima dan diberikan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT dan semoga husnul khatimah sesuai dengan amal ibadah, perjuangan, dan pengabdiannya kepada bangsa dan negara,” tuturnya.

Ya, Ani Yudhoyono, sang ‘flamboyan’ itu telah pergi, setelah berjuang keras melawan kanker darah sejak 4 bulan terakhir.

Jokowi tahu persis julukan itu. Kala mendekati Ani Yudhoyono semasa menjadi taruna Akademi Militer Magelang, SBY rajin membuat puisi pada puteri ketiga dari tujuh anak Gubernur Akademi Militer Sarwo Edhie Wibowo itu.

Salah satu puisi persembahan SBY yang membuat Ani terkesan berjudul ‘Flamboyan’, berisi perasaan prajurit yang tersentuh bunga flamboyan yang tumbuh di kampus. Setidaknya, ada dua hal yang membuat Ani ge-er bahwa puisi sang taruna berbadan tinggi tegap itu ditujukan padanya.

Belakangan, pada 2004, SBY kembali menulis puisi berjudul sama. Dalam keterangannya, SBY menyebut puisi berjudul ‘Flamboyan’ yang dibuatnya di Semarang, 25 Januari itu menggambarkan tentang bagaimana perasaan seorang prajurit dibuat tersentuh oleh bunga flamboyan yang bermekaran di halaman kampus. Saat itu, di halaman Akademi Militer Nasional, Magelang, memang ditumbuhi banyak pohon flamboyan.

Flamboyan

Kembang Merah di ujung kota
Menunggu sapa angin utara
Atau langkah kuda penarik kereta
Pembawa berita
dan simponi cinta

Flamboyan, kaulah yang dirindukan
sang pengembara
yang menapaki harinya tanpa huru-hara
hingga puncak almamater para ksatria

Jika bungamu jatuh berguguran
dalam semerbak wangi sinar pesona
kau ucapkan selamat datang
pada pengembara berpedati tua
yang tak henti berucap bahagia
karena perjalanan panjangnya tidak sia-sia
berakhir di batas kota

Selain karena karakter flamboyan di Akmil, dan Ani merupakan kembang akademi mengingat dirinya anak orang nomor satu di sana, perasaan gede rasa juga meruak karena alamat rumah Ani di komplek Kopassus, Cijantung.

“..sebab rumahku di Cijantung, Jakarta Timur. beralamat di jalan Flamboyan,” kata Ani Yudhoyono dalam buku biografinya, ‘Kepak Sayap Putri Prajurit’, yang ditulis oleh Alberthiene Endah.

Pesan Rekonsiliasi

Perginya sang flamboyan juga meninggalkan harapan rekonsiliasi. Publik bertanya-tanya, akankah Megawati Soekarnoputri, presiden kelima RI sebagai pendahulu SBY, hadir menyampaikan dukacita kepada sang presiden keenam Indonesia. Mega tak hadir membezuk saat Ani Yudhoyono menjalani perawatan di Singapura. Pun demikian saat jenazah Ani tiba di Puri Cikeas, Bogor, pada Sabtu, 1 Juni 2019, malam hari.

Tapi, sifat negarawan Mega ditunjukkan saat hadir di upacara pemakaman di TMP Kalibata pada Minggu 2 Juni 2019. Mega hadir bersama sang putri, Puan Maharani, dan terlihat mengikuti prosesi serah terima jenazah hingga penurunan ke liang lahad, sebagaimana para tokoh negeri ini lainnya juga hadir: Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie, istri Presiden ke-4 RI, Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid. Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno dan Ibu Tuti, serta Wakil Presiden ke-11 RI Boediono dan Ibu Herawati Boediono.

Megawati menyalami Susilo Bambang Yudhoyono, sebagaimana SBY pernah menghibur dan hadir serta memimpin secara militer pemakaman Taufik Kiemas, suami Mega, pada Juni 2013 lalu.

Kedua tokoh politik yang jarang bertegur sapa selama lebih dari 15 tahun terakhir, terakhir Mega dan SBY ada dalam satu forum pada peringatan 17 Agustus 2017 di Istana Merdeka, akhirya bertemu kembali. Panggilan kemanusiaan itu melebihi segalanya. Dan ini menunjukkan, jalan membangun negeri lebih muda dengan bertemunya para pemimpin bangsa berjiwa negarawan.

Selamat jalan Bu Ani, selamat jalan flamboyan, dan selamat bersemi kembali harapan rekonsiliasi membangun negeri.(JA)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here