Home Ekonomi Presiden: Ekonomi Indonesia Lebih Baik di Tahun Ketiga Pemerintahan

Presiden: Ekonomi Indonesia Lebih Baik di Tahun Ketiga Pemerintahan

78
0
SHARE

Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa situasi ekonomi saat ini lebih baik daripada 2 tahun yang lalu, yakni saat peringatan satu tahun pemerintahannya. Pada saat itu, beberapa harga komoditas mengalami tren penurunan.

“Suasananya jauh lebih baik, baik secara internal maupun eksternal dibandingkan pada saat kita menandai usia satu tahun pemerintahan di tahun 2015,” kata Presiden dalam acara Bloomberg: The Year Ahead Asia Summit 2017 yang digelar di Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (6/12/2017).

Presiden menyampaikan bahwa pada tahun 2015 perekonomian Indonesia melambat selama empat tahun berturut-turut, yakni sejak 2011. Selain itu, ekonomi nasional diperburuk oleh devaluasi mata uang Tiongkok yang menyebabkan tekanan pada nilai tukar rupiah.

“Hari ini, dua tahun kemudian, mata uang kita, rupiah, sudah membaik sekitar 11 persen terhadap dolar Amerika Serikat dan cadangan devisa kita mencapai rekor tertinggi yaitu sekitar 130 miliar dolar Amerika Serikat,” ucapnya.

Presiden menjelaskan bahwa ekonomi Indonesia saat ini semakin membaik. Hal itu dibuktikan dengan pertumbuhan PDB di atas 5% dibandingkan dengan kuartal ketiga tahun 2015 yang menginjak level 4,6%.

Untuk informasi, berdasarkan survei tahunan UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development) 2017, Indonesia juga naik empat peringkat menjadi posisi ke-4 sebagai negara tujuan investasi.

“Mei tahun ini, badan pemeringkat dunia Standard and Poor menaikkan peringkat Indonesia kembali menjadi layak investasi. Hal ini juga merupakan yang pertama dalam 20 tahun terakhir bahwa Indonesia berpredikat layak investasi oleh tiga badan pemeringkat dunia, S&P, Moody’s, dan Fitch,” ujarnya.

Menurutnya, tren perkembangan positif yang terjadi saat ini tidak terlepas dari hasil kerja keras dan reformasi struktural yang dilakukan selama ini. Pada tahun 2014, dalam satu bulan kepemimpinannya, pemerintah langsung memotong subsidi bahan bakar sebesar 80%. Hal itu menyebabkan adanya ruang fiskal sebesar USD 20 miliar pertahunnya.

Melalui kebijakan yang tidak populis tersebut, Presiden akhirnya mampu mengalokasikan dana untuk pembiayaan proyek infrastruktur terbesar dalam sejarah Indonesia. “Saat ini kita berada di jalur yang benar untuk menyelesaikan jumlah proyek infrastruktur terbanyak yang pernah dibangun dalam lima tahun pemerintahan di Indonesia.”

Presiden mengungkapkan bahwa hasil dari reformasi struktural yang dilakukan telah berdampak pada peningkatan peringkat Indonesia dalam indeks kemudahan berusaha versi Bank dunia. Ia berharap, dengan upaya tersebut mampu mendatangkan kepercayaan publik terhadap pemerintah.

“Hasilnya, peringkat kita membaik dari semula 106 pada tahun 2016 menjadi peringkat 72 untuk tahun 2018. Kenaikan 34 peringkat dalam waktu dua tahun. Awal tahun ini, survei global oleh OECD yang dilaksanakan oleh Gallup Internasional, menempatkan Indonesia sebagai peringkat pertama dalam hal kepercayaan publik terhadap pemerintahnya,” tutup mantan Gubernur DKI tersebut. (Red)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here