Pemerintah Indonesia telah roadmap (peta jalan) yang terintegrasi dalam rangka melaksanakan sejumlah strategi untuk memasuki era industri 4.0. Rancangan tersebut diberi nama Making Indonesia 4.0.
Kementerian Perindustrian memandang bahwa langkah kolaboratif tersebut penting untuk melibatkan beberapa pemangku kepentingan, mulai dari institusi pemerintahan, asosiasi dan pelaku industri, hingga unsur akademisi.
“Sejak tahun 2011, kita telah memasuki Industry 4.0, yang ditandai meningkatnya konektivitas,interaksi, dan batas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya yang semakin konvergen melalui teknologi informasi dan komunikasi,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat acara Sosialisasi Roadmap Implementasi Industry 4.0 di Jakarta, Selasa (20/3).
Airlangga menjelaskan, revolusi industri generasi pertama ditandai oleh penggunaan mesin uap untuk menggantikan tenaga manusia dan hewan.
Kemudian, generasi kedua, melalui penerapan konsepproduksi massal dan mulai dimanfaatkannya tenaga listrik. Dan, generasi ketiga, ditandai denganpenggunaan teknologi otomasi dalam kegiatan industri.
“Pada revolusi industri keempat, menjadi lompatan besar bagi sektor industri, dimana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya.Tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga di seluruh rantai nilai industri sehingga melahirkan model bisnis yang baru dengan basis digital guna mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk yang lebih baik,” jelasnya.
Untuk itu, sektor industri nasional perlu banyak pembenahan terutama dalam aspek penguasaan teknologi yang menjadi kunci penentu daya saing di era Industry 4.0.
Adapun lima teknologi utama yang menopang pembangunan sistem Industry 4.0, yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence, Human–Machine Interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing.
Berdasarkan data Global Competitiveness Report 2017, posisi daya saing Indonesia berada di peringkat ke-36 dari 100 negara.
“Walaupun telah naik sebesar 5 peringkat dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi perlu terus dilakukan perubahan secara sistematis dan strategi yang jelas untuk berkompetisi,” ujar Airlangga.
Ia juga menyampaikan, semua negara masih mempelajari implementasi sistem Industry 4.0, sehingga dengan penyiapan peta jalannya, Indonesia berpeluang menjadi pemain kunci di Asia.
“Kita melihat banyak negara, baik yang maju maupun berkembang, telah menyerap pergerakan ini keagenda nasional mereka dalam rangka merevolusi strategi industrinya agar semakinberdaya saing global. Dan, Indonesia siap untuk mengimplementasikan,” tegas Airlangga.
Implementasi Industry 4.0 tidak hanya memiliki potensi luar biasa dalam merombak aspek industri, bahkan juga mampu mengubah berbagai aspek dalam kehidupan manusia.
“Kita punya pasar dalam negeri yang kuat, dan punya banyak talenta dari jumlah universitas yang ada, sehingga tersedianya pool of talent,” papar Airlangga.
Jadi, langkah dasar yang sudah diawali oleh Indonesia, yakni meningkatkan kompetensi sumber daya manusia melalui program link and matchantara pendidikaan dengan industri.
Upaya ini dilaksanakan secara sinergi antara Kemenperin dengan kementerian dan lembaga terkait seperti Bappenas, Kementerian BUMN, Kementerian Ketenagakerjaan, Kemeneterian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Dengan menerapkan Industry 4.0, Pemerintah menargetkan aspirasi besar nasional dapat tercapai. Aspirasi tersebut secara garis besar, yaitu membawa Indonesia menjadi 10 besar ekonomi di tahun 2030, mengembalikan angka net export industri 10 persen, peningkatan produktivitas tenaga kerja hingga dua kali lipat dibanding peningkatan biaya tenaga kerja, serta pengalokasiaan 2 persen dari GDP untuk aktivitas R&D teknologi dan inovasi atau tujuh kali lipat dari saat ini.
Sumber: www.kemenperin.go.id
Editor: Hendri Kurniawan