Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan fokus dari RAPBN 2019 adalah efisiensi dan kualitas belanja prioritas, mobilisasi pendapatan secara realistis serta kesehatan fiskal yang produktif, efisien, memiliki daya tahan dan berkelanjutan.
Beberapa risiko dan tantangan bagi perekonomian global ke depan adalah tekanan pasar keuangan akibat normalisasi moneter Amerika Serikat (AS), moderasi Tiongkok serta perang dagang AS – Tiongkok.
“Kami berharap RAPBN yang kita usulkan kepada Dewan bisa dibahas dengan framework bahwa kondisi global sangat dinamis dan oleh karena itu kita perlu untuk membentuk APBN yang fleksibel namun juga resilient,” kata Sri Mulyani di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Selasa (4/9).
Sri Mulyani menjelaskan, Indikator ekonomi makro yang menjadi basis perhitungan RAPBN 2019 adalah pertumbuhan ekonomi 5,3 persen, tingkat inflasi 5,3%, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS Rp14.400. Inflasi tetap stabil di 3,5 dan itu 3 tahun terakhir tetap terjaga.
“Sementara itu, suku bunga SPN 3 bulan (rata-rata) 5,3%, harga minyak mentah (ICP) (rata-rata) 70 dolar AS/barel, lifting minyak bumi (rata-rata) 750 ribu barel/hari dan lifting gas bumi/setara minyak (rata-rata) 1.250 ribu barel/hari,” terangnya.
Sumber: www.kemenkeu.go.id
Editor: Eva Ulpiati