Home Ekonomi Bahas Dampak Normalisasi Kebijakan Ekonomi Negara Maju, BI Gelar ‘Central Banking Forum...

Bahas Dampak Normalisasi Kebijakan Ekonomi Negara Maju, BI Gelar ‘Central Banking Forum 2018’

53
0
SHARE
Sumber foto: www.bi.go.id

Dinamika perekonomian global, khususnya normalisasi kebijakan ekonomi negara maju, turut membawa dampak pada negara berkembang, termasuk Indonesia. Untuk itu, bank sentral di berbagai negara perlu melakukan respons kebijakan yang tepat dengan saling berkoordinasi, komunikasi, dan kerja sama.

Topik terkait hal itu mengemuka dalam Central Banking Forum 2018 yang diadakan oleh Bank Indonesia (BI) dan Federal Reserve Bank of New York (Fed NY), di Bali, Rabu (10/10).

Kegiatan itu diselenggarakan dalam rangkaian Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018. Melalui kegiatan yang dihadiri oleh para pemimpin bank sentral dari seluruh penjuru dunia tersebut, kedua lembaga bertujuan menggali perspektif dan pandangan yang berbeda dalam menyikapi perkembangan ekonomi global saat ini.

Presiden Fed NY, John Williams, menyampaikan bahwa ekonomi Amerika Serikat (AS) saat ini berada dalam keadaan sangat positif. Hal tersebut diindikasikan dari tingkat pengangguran dan inflasi yang rendah, prospek pertumbuhan yang baik dan diperkirakan masih akan berlanjut.

Dengan keadaan ekonomi yang baik tersebut, otoritas AS pun melakukan normalisasi kebijakan, dengan menaikkan suku bunga bank sentral dan normalisasi neraca (balance sheet),” terang Williams.

Meski demikian, Williams menyadari bahwa dengan saling terhubungnya ekonomi dunia, kebijakan AS dapat berpengaruh pada ekonomi global, dan pada gilirannya dapat kembali memengaruhi ekonomi AS.

“Dua hal penting yang ditekankan adalah bahwa normalisasi AS akan dilakukan secara bertahap, serta bahwa AS akan terus melakukan komunikasi transparan. Kedua hal ini diharapkan dapat mengurangi dampak global spillover,” tuturnya.

Sejalan dengan itu, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa dalam menyikapi kebijakan bank sentral AS dan kondisi ekonomi global. Saat ini, ekonomi Indonesia masih stabil dan berdaya tahan, antara lain tercermin dari pertumbuhan dan inflasi yang baik, serta stabilitas sistem keuangan yang terjaga.

“Namun, dengan ekonomi domestik yang terjaga Indonesia tetap harus memperhatikan pengaruh ekonomi global,” jelasnya.

Untuk itu, menurut Perry, skenario kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia adalah memastikan daya saing pasar keuangan Indonesia agar tetap menarik, dan agar defisit transaksi berjalan tetap terjaga.

“BI juga selalu hadir di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah,” tandasnya.

Selain itu, tambah Perry, pendalaman pasar keuangan juga terus dipercepat, agar pasar keuangan Indonesia semakin prospektif. Dalam usaha-usaha menjaga ekonomi Indonesia, BI tidak sendiri. “Seluruh usaha tersebut dilakukan bekerja sama dengan instansi terkait, baik Pemerintah, OJK, maupun lembaga lainnya,” imbuhnya.

Selanjutnya, Perry juga menyatakan bahwa komunitas internasional dapat saling membantu. Komunikasi yang baik dan jelas, termasuk dari AS, merupakan salah satu faktor kunci mengurangi ketidakpastian.

“Negara-negara ekonomi maju juga perlu senantiasa memahami dampak yang mungkin ditimbulkan kebijakannya bagi ekonomi global,” tegasnya.

Untuk itu, forum kali ini mengangkat mengenai kebijakan bank sentral menghadapi ketidakpastian global serta mengenai keamanan dan risiko siber bagi bank sentral saat ini.

“Forum seperti ini diharapkan dapat membantu sinkronisasi kebijakan ekonomi internasional, yang akan menguntungkan baik bagi AS dan negara maju lainnya, maupun bagi negara berkembang,” pungkasnya.

 

Sumber: www.bi.go.id

Editor: Eva Ulpiati

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here