Home Ekonomi Ekonomi Indonesia Membaik dalam 15 Tahun Terakhir, Ini Indikatornya

Ekonomi Indonesia Membaik dalam 15 Tahun Terakhir, Ini Indikatornya

49
0
SHARE

Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto meyakini bahwa implementasi Industri 4.0 akan dapat mengakselerasikan target visi Indonesia emas pada tahun 2045 mendatang. “Saat ini, Indonesia telah masuk one trillion dollar club,” ujarnya di Jakarta, Senin (9/4).

Menurut Airlangga, ekonomi Indonesia juga mengalami perbaikan selama 15 tahun terakhir ini. Hal tersebut dapat dilihat dari empat aspek.  Pertama, populasi tenaga kerja meningkat lebih dari 30 juta, yang ditopang dengan naiknya gaji sebesar dua kali lipat.

Kedua, pertumbuhan konsumsi meningkat pula delapan kali lipat, di mana saat ini menyumbangkan 55 persen dari PDB.

Ketiga, aspek investasi di Indonesia mengalami peningkatan 13 kali lipat, yang juga mempengaruhi peningkatan terhadap PDB Indonesia dari 22 persen menjadi 34 persen.

“Terakhir, kita lihat dari kapitalisasi pasar bursa meningkat 15 kali lipat, kini kapitalisasinya mencapai USD 500 miliar,” jelasnya.

Airlangga mengungkapkan, stabilitas politik dan keamanan menjadi faktor penting dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif. Selanjutnya, peningkatkan level pendidikan turut menjadi jawaban bagi kebutuhan industri nasional dalam memiliki SDM kompeten sesuai perkembangan saat ini menghadapi era Industri 4.0.

Ia merasa optimistis bahwa implementasi Making Indonesia 4.0 yang sukses akan mampu mendorong pertumbuhan PDB riil sebesar 1-2 persen per tahun, sehingga pertumbuhan PDB per tahun akan naik dari 5 persen menjadi 6-7 persen pada periode tahun 2018-2030.

“Dari capaian tersebut, industri manufaktur akan berkontribusi sebesar 21-26 persen terhadap PDB pada tahun 2030,” ungkapnya.

Selanjutnya, pertumbuhan PDB bakal digerakkan oleh kenaikan signifikan pada ekspor netto, di mana Indonesia diperkirakan mencapai 5-10 persen rasio ekspor netto terhadap PDB pada tahun 2030.

Selain kenaikan produktivitas, Making Indonesia 4.0 menjanjikan pembukaan lapangan pekerjaan sebanyak 7-19 juta orang, baik di sektor manufaktur maupun non-manufaktur pada tahun 2030 sebagai akibat dari permintaan ekspor yang lebih besar.

Adapun lima teknologi utama yang menopang implementasi Industri 4.0, yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence, Human–Machine Interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing.

“Dalam mencapai target tersebut, industri nasional perlu banyak pembenahan terutama dalam aspek penguasaan teknologi yang menjadi kunci penentu daya saingnya,” tegas Airlangga.

Untuk penerapan awal Industri 4.0, Indonesia akan berfokus pada lima sektor manufaktur, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, serta industri elektonik.

Airlangga menerangkan, sektor tersebut dipilih setelah melalui evaluasi dampak ekonomi dan kriteria kelayakan implementasi yang mencakup ukuran PDB, perdagangan, potensi dampak terhadap industri lain, besaran investasi, dan kecepatan penetrasi pasar,

Di samping itu, Making Indonesia 4.0 memuat 10 inisiatif nasional yang bersifat lintas sektoral untuk mempercepat perkembangan industri manufaktur di Indonesia.

Kesepuluh inisiatif tersebut, mencakup perbaikan alur aliran barang dan material, membangun satu peta jalan zona industri yang komprehensif dan lintas industri, mengakomodasi standar-standar keberlanjutan, memberdayakan industri kecil dan menengah, serta membangun infrastruktur digital nasional.

Kemudian, menarik minat investasi asing, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan ekosistem inovasi, insentif untuk investasi teknologi, serta harmonisasi aturan dan kebijakan.

“Dengan adanya manfaat yang nyata, Indonesia berkomitmen untuk mengimplementasikan Making Indonesia 4.0 dan menjadikannya sebagai agenda nasional,” pungkasnya.

 

 

Sumber: www.kemenperin.go.id

Editor: Hendri Kurniawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here