Home Nasional Kementerian PUPR Rampungkan Saluran Irigasi Primer-Sekunder Di Leuwigoong

Kementerian PUPR Rampungkan Saluran Irigasi Primer-Sekunder Di Leuwigoong

129
0
SHARE
-

Demi memenuhi target untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional yang menjadi bagian Nawa Cita Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla, Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan pembangunan jaringan irigasi baru seluas 1 juta hektare. Selain itu, Kementerian PUPR juga akan melakukan rehabilitasi sekitar 3 juta hektare pada periode 2015-2019.

“Pembangunan bendungan akan diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya atau disebut irigasi premium. Dengan demikian, bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat memberikan manfaat yang nyata dimana air akan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani,” jelas Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (21/1).

Basuki menilai bahwa masih banyak sampah yang masuk ke badan sungai dan menumpuk di Bendung Copong. Oleh karena itu, Ia menghimbau agar masyarakat terus meningkatkan budaya buang sampah pada tempatnya dan tidak ke sungai.

Bendung Copong merupakan bagian dari Daerah Irigasi (DI) Leuwigoong yang tengah ditangani oleh Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung Ditjen Sumber Daya Air dengan luas 5.313 hektare yang berada di 11 Kecamatan di Kabupaten Garut.

Pengembangan DI Leuwigoong dilakukan karena terjadi kerusakan saluran yang mengakibatkan tingginya kehilangan air, pendangkalan pada saluran irigasi, dan kerusakan pada bangunan-bangunan air, serta beberapa pintu yang tidak dapat dioperasikan.

Sementara itu, Kepala BBWS Cimanuk Cisanggarung Happy Mulya mengatakan bahwa rehabilitasi dan pembangunan jaringan irigasi DI Leuwigoong dilakukan secara bertahap.

Pada 2010-2014 dilakukan pembangunan Bendung Copong di Kabupaten Garut yang berfungsi untuk menaikkan dan mempertahankan tinggi muka air Sungai Cimanuk sehingga bisa dialirkan ke saluran irigasi hingga musim kemarau. Biaya pembangunannya sendiri sebesar Rp 136,3 miliar.

Kemudian dilanjutkan pada 2013-2018 dengan pembangunan saluran primer sepanjang 15 Km dan rehabilitasi/peningkatan saluran primer sepanjang 3 Km. Lalu pembangunan irigasi sekunder baru sepanjang 30 Km dan rehabilitasi/peningkatan sepanjang 69,5 Km.

Selain itu juga dibangun 518 bangunan irigasi baru dan rehabilitasi/peningkatan 176 bangunan. Total biaya pembangunannya sebesar Rp 495 miliar.

“Kami akan melanjutkan pembangunan saluran tersiernya yang ditargetkan selesai dalam dua tahun (2019-2020). Tahun 2019 sudah dianggarkan dana sebesar Rp13 miliar dari kebutuhan seluruhnya sebesar Rp77 miliar. Dengan adanya jaringan irigasi yang handal dapat meningkatkan indeks pertanaman petani dari 176% sekarang, menjadi 250%. Artinya bisa tanam padi 2 kali dan 1 kali palawija,” jelas Happy.

Dengan demikian, Kabupaten Garut memantapkan kontribusinya sebagai lumbung pangan di Jawa Barat. Sebelum adanya irigasi teknis, petani masih menggunakan irigasi sederhana dan tadah hujan.

DI Leuwigoong memiliki luas 5.313 hektare yang terdiri dari 11 irigasi teknis, yaitu Ciojar (73 hektare), Cibuyutan Utara (531 hektare), Situ Bagendit (409 hektare), Citikey (528 hektare), Cermot (107 hektare), Citameng II (82 hektare), Citameng III (91 hektare), Citameng IV (498 hektare), Cipacing (593 hektare), Cibuyut (89 hektare), Situhiang (70 hektare), dan sisanya sawah tadah hujan seluas 2.242 hektare.

Sumber: https://jpp.go.id

Editor: Puput KJ

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here